Press "Enter" to skip to content

BRIPKA ADE NOFRIANTO SANG PAHLAWAN MASYARAKAT DI UJUNG PULAU

*POLRES MENTAWAI* – Bripka Ade Nofrianto disemati gelar “pahlawan” warga masyarakat Sioban dikarenakan ia mampu menyelesaikan masalah yang sudah sangat lama dijalani masyarakat di Desa Sioban yakni sulitnya memperoleh jaringan internet.

Kabupaten Kepulauan Mentawai daerah kepulauan satu-satunya di Provinsi Sumatera Barat. Daratannya yang terpisah dari Pulau Sumatera, serta wilayahnya yang terbagi menjadi beberapa pulau, membuat Kepulauan Mentawai kesulitan dalam pemerataan telekomunikasi. Baik berupa jaringan telepon seluler, terlebih internet.

Artinya, sampai saat ini, belum seluruh daerah di Kepulauan Mentawai tersambung dengan jaringan telepon dan internet. Hanya desa-desa berkembang di sana yang masyarakatnya baru bisa menikmati komunikasi telepon genggam secara lancar. Itupun belum termasuk kelancaran internet.

Kondisi tersebut ternyata mendorong Bripka Ade Nofrianto, seorang anggota Polres Kepulauan Mentawai, yang menjadi Pembina Bhabinkamtibmas di Kecamatan Sipora Selatan. Ia menyelesaikan permasalahn jaringan internet masyarakat di wilayah kerjanya, dengan menciptakan antena super sederhana.

Bahan utama yang digunakan Bripka Ade untuk menciptakan antena yaitu kuali. Selebihnya, ia memakai peralatan elektronik bekas, seperti kerangka antena. Hasilnya, antena karya Bripka Ade tersebut mampu menangkap sinyal internet. Lebih mengagumkan lagi, antena Bripka Ade itu ternyata bisa menangkap sinyal 4G.

Motivasi Bripka Ade Nofrianto membuat antena dari kuali itu, memang hanya untuk kebutuhan pribadinya. Yakni agar ia lancar mengirim laporan kepada pimpinannya di Polres Kepulauan Mentawai. Selain itu, untuk mempermudah istrinya dalam menjalani usaha yang membutuhkan jaringan internet, ujar Bripka Ade ketika ditemui di tempatnya merakit antena di Desa Sioban, Kecamatan Sipora Selatan, Selasa (10/11).

Kendati begitu, imbuh Bripka Ade, antena yang dibuatnya itu tetap bergantung pada tower. Artinya, sinyal yang diperolehnya sesuai dengan sinyal yang dipancarkan tower sekitarnya. “Tower dengan sinyal 4G itu ada dua yang bisa dijangkau antena ini. Yakni di Desa Matobek dan Nenem Leleu,” ujarnya.

Jika tidak menggunakan antena pendukung tersebut, lanjut Ade, masyarakat di Desa Sioban tidak bisa mendapatkan sinyal 4G dari Matobek ataupun Nenek Leleu. Kecuali apabila mereka pergi ke tempat-tempat khusus yang dominan di luar keramaian, seperti kawasan bukit dan pantai.

“Sekarang sekitar 80 rumah di Desa Sioban yang memakai antena ini, untuk alat bantu memperoleh jaringan internet 4G yang dipancarkan tower di Matober ataupun Nenem Leleu. Ada juga beberapa kantor di sini yang memakainya, seperti Kantor Pos, KUA, dan Panwascam di Sioban ini,” papar Bripka Ade.

Yang paling patut diapresiasi dari Bripka Ade, dirinya benar-benar mengabdikan diri untuk masyarakat di wilayah tugasnya itu. Sebab, Bripka Ade tidak sedikitpun memungut biaya dari masyarakat yang ingin dibuatkan antena tersebut. Ia dengan ikhlas menyulap setiap kuali yang diantarkan warga untuk dijadikan antena.

“Orangtua saya berpesan bahwa hidup tidak ada artinya apabila tidak bermanfaat untuk orang banyak. Jadi, saya sudah sangat puas ketika masyarakat merasakan manfaat dari apa yang bisa saya lakukan,” ungkap Bripka Ade.

Be First to Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mission News Theme by Compete Themes.